Ada cerita-cerita yang bukan ditulis dengan pena, melainkan
dengan perasaan yang tak bisa ditampung dalam kata-kata biasa. Cerita-cerita
yang terasa seperti puisi, tapi juga terlalu jujur untuk disebut dongeng. Salah
satunya adalah Sepotong Senja untuk Pacarku, sebuah cerpen yang
pendek secara panjang, tapi panjang secara perasaan. Sebuah kisah yang sudah
begitu melekat dalam khazanah sastra Indonesia, ditulis oleh Seno Gumira
Ajidarma dengan kelembutan sekaligus ketajaman yang hanya bisa dilahirkan dari
tangan seorang pencerita sejati.
Judul: Sepotong Senja untuk Pacarku
Penulis: Seno Gumira Ajidarma
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 208 halaman
Tahun: Cetakan terbaru 2021
Harga: Rp. 68.000
Dalam cerpen lainnya, senja tampil dalam 16 komposisi, menjadi pengikat kisah-kisah renungan tentang kehidupan. Kumpulan cerpen ini tampil baru dengan bonus tiga cerpen tambahan yang diambil dari buku Seno Gumira Ajidarma yang lain, Linguae. Tak lupa, ada lembaran 'surat cinta' yang bisa langsung dikirim untuk kekasih hati.
Berkolaborasi dengan Eddy Suhardy sebagai penulis Bahasa Tempo Dulu dan Mansyur
Mas'ud sebagai Pegrafis Cukilan Kayu.
Seno tidak hanya menulis cerita. Ia membangun ruang. Sebuah
ruang dalam kepala kita, di mana kalimatnya tidak dibaca tetapi dirasakan,
diresapi, bahkan disenyumi. Gaya bahasanya mengalir seperti lagu yang tidak
berirama, tapi nadanya menempel lama setelah selesai. Dan justru karena bentuk
ceritanya yang seperti surat, pembaca pun serasa menjadi Alina—yang membaca
cinta dari kejauhan, dari seseorang yang mungkin sudah tidak bisa dijangkau
lagi, selain lewat kata-kata.
Cerpen ini bukan hanya kisah antara Sukab dan Alina. Ia
adalah kisah tentang setiap orang yang pernah merasa cinta itu tidak cukup jika
hanya disimpan. Bahwa kadang, satu-satunya cara mencintai adalah dengan berani
mengirimkan sepotong dari diri kita, walau kita tahu itu akan layu. Sepotong
senja, sepotong hari, sepotong kenangan.
Bagi siapa pun yang merasa lelah dengan cerita cinta yang klise, cerpen ini datang seperti nafas segar yang sunyi. Ia tidak menawarkan romansa gemerlap, tapi kedalaman perasaan yang tenang, misterius, dan abadi dalam ingatan. Bagi pembaca yang menyukai kisah-kisah seperti karya Sapardi Djoko Damono, Haruki Murakami, atau Eka Kurniawan dalam mode puitisnya, maka Sepotong Senja untuk Pacarku adalah bacaan yang akan terus kamu simpan dalam lipatan pikiranmu.
Profil Penulis
Komentar
Posting Komentar