Langsung ke konten utama

Kaki Kuda – Saat Realitas Menjadi Cermin Retak Jiwa Manusia

Apa yang lebih menakutkan dari hantu? Barangkali mungkin aib yang dibungkam? Atau lebih tepatnya, tubuh yang disembunyikan. Ryūnosuke Akutagawa tidak menulis untuk membuat kita takut secara langsung. Ia menulis untuk menanamkan kegelisahan yang akan tumbuh pelan di kepala kita. Dan dalam cerpen “Kaki Kuda,” ia kembali mengaduk ruang antara yang wajar dan ganjil, yang indah dan menjijikkan, yang manusiawi tapi terasa begitu tidak nyaman hingga kita sendiri tak yakin di sisi mana kita berpijak.

Judul: Kaki Kuda
Penulis: Ryūnosuke Akutagawa
Penerbit: Penerbit Mai
Tahun: 2021
Tebal: 152 halaman
Harga: Rp70.000

Sinopsis
Seorang perempuan tua sedang mencabuti rambut mayat di ruang atas Gerbang Rashomon. Seorang samurai--yang baru saja dipecat dan harus mencari jalan untuk melanjutkan hidup--menyaksikan hal tersebut.

Ada pula seorang pendeta yang memiliki hidung sangat besar, menggantung sampai ke bawah dagu. Diceritakan dengan penuh humor, sang pendeta berusaha mengecilkan hidungnya dalam cerpen "Hidung"; yang dipuji-puji oleh Natsume Soseki.

Selain itu, ada "Benang Laba-laba", "Kaki Kuda", "Bubur Ubi", dan "Dalam Semak Belukar", enam karya pilihan Akutagawa Ryunosuke, yang dinyanyikan Bapak Cerita Pendek.

Ulasan
Kaki Kuda adalah kumpulan cerita pendek karya Ryūnosuke Akutagawa, seorang legenda sastra Jepang yang dikenal dengan prosa tajam, simbolisme yang gelap, dan kekayaan perenungan. Dalam kumpulan ini, kita diajak menelusuri sejumlah kisah absurd, alegoris, dan sekaligus mencengangkan.

Cerpen-cerpen dalam Kaki Kuda tidak dibungkus dengan gaya modern yang manis atau alur yang rapi. Justru, kekuatannya ada pada suasana yang keruh, narasi yang menggantung, dan penutup cerita yang seringkali tak memberimu jawaban melainkan kecemasan. Kecemasan karena kamu sadar, kamu mungkin tak lebih waras dari tokoh-tokohnya.

Bahasa terjemahan dari Penerbit Mai tetap mempertahankan kesan klasiknya. Tidak mencoba memodernisasi Akutagawa, tapi justru memeluk keasingannya. Ini membuat pembacaan jadi seperti mendengar suara dari masa lalu yang jauh, tapi masih menggema relevansinya hingga hari ini.

Kaki Kuda adalah pengingat bahwa dalam kepala manusia, kadang bukan logika yang menjadi raja, tapi kecemasan, kebingungan, dan keputusasaan yang mencari bentuk. Dan Akutagawa, dengan seluruh kerumitan hidupnya yang tragis, menuliskannya untuk kita agar kita tahu, bahwa gelap itu bukan untuk ditakuti,  tapi untuk dikenali.

Jika kamu menyukai sastra yang mendorongmu berpikir ulang tentang moralitas, iman, kegilaan, dan absurditas hidup, maka Kaki Kuda akan menjadi pertemuan penting. Ini bukan buku untuk mencari hiburan. Ini adalah buku yang menyelam ke dalam dirimu, menggali, dan mungkin menemukan sesuatu yang tidak ingin kamu lihat.


Profil Penulis:

Ryūnosuke Akutagawa (芥川 龍之介) adalah salah satu penulis besar Jepang yang dikenal sebagai “bapak cerita pendek Jepang modern.” Ia lahir pada 1 Maret 1892 dan meninggal tragis pada usia 35 tahun di tahun 1927 karena bunuh diri. Akutagawa dikenal karena gaya tulisannya yang tajam, puitis, dan penuh nuansa psikologis serta kritik sosial. Karya-karyanya sering mengambil latar sejarah Jepang dengan sudut pandang yang gelap dan reflektif.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang - Kembali yang Tak Benar-Benar Kembali

PULANG Leila S. Chudori 472 halaman Harga: Rp. 102.000 Genre : Novels, historical, Romance, Indonesian Literature Ada pulang yang tak benar-benar kembali. Ada tanah air yang mencintaimu hanya jika kau diam.  Pulang  adalah perjalanan identitas dan pengasingan, ditulis dengan bahasa lirih namun tajam. Sinopsis: Paris, Mei 1968: Ketika revolusi mahasiswa berkecamuk di Paris, Dimas Suryo,  seorang eksil politik Indonesia bertemu Vivienne Deveraux, seorang mahasiswa Prancis yang ikut demonstrasi melawan pemerintah Prancis. Pada saat yang sama, Dimas menerima kabar dari Jakarta: Hananto Prawiro, sahabatnya, ditangkap tentara dan dinyatakan tewas.  Dimas merasa cemas dan gamang. Bersama puluhan wartawan dan seniman lain, dia tak bisa kembali ke Jakarta karena paspornya dicabut oleh pemerintah Indonesia. Sejak itu mereka mengelana tanpa status yang jelas dari Santiago ke Havana, ke Peking dan akhirnya mendarat di tanah Eropa untuk mendapatkan suaka dan menetap di s...

Summer In Seoul - Kisah cinta di Korea

Kamu pernah membayangkan jatuh cinta pada musim panas di Seoul? Summer in Seoul oleh Ilana Tan menghidupkan imaji itu lewat kisah penuh nuansa, drama Korea-style, dan perasaan yang tumbuh perlahan di antara hiruk pikuk ibu kota Korea. Gaya penulisannya ringan, hangat, dan penuh detail sensasi musim panas—seolah kamu mendengar tawa di balik deru kereta bawah tanah dan angin lembut dari Sungai Han. Judul : Summer in Seoul Penulis : Ilana Tan Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit : Oktober 2006 Tebal Halaman : 280 halaman Harga : Rp64.900–Rp89.000 Sinopsis: Jung Tae-Woo—penyanyi muda terkenal Seoul yang muncul kembali setelah empat tahun menghindari dunia  showbiz  . “Aku hanya ingin memintamu berfoto denganku sebagai pacarku,” kata Jung Tae-Woo pada gadis di hadapannya. Sandy alias Han Soon-Hee—gadis blasteran Indonesia-Korea yang sudah mengenali Jung Tae-Woo sejak awal, namun sedikit pun tidak terkesan. Sandy mengangkat wajahnya dan menatap laki-laki itu, lalu berkata...

Momiji — Saat Musim Gugur Menumbuhkan Keberanian

Apakah kau pernah mendengar seorang Patriot Bela Negara pergi ke Jepang dan berharap untuk bertemu seseorang yang diinginkannya? Dalam novel ini kamu akan menemui cerita tersebut. Sebuah cerita dengan keberanian dan kebebasan seperti daun maple Jepang yang gugur, menandai awal perjalanan jiwa yang berani berdiri sendiri. Judul: Momiji Penulis: Orizuka Penerbit: Inari Tahun Terbit: Mei 2017 Tebal: 210 halaman Harga: Rp59.000 Sinopsis: Patriot Bela Negara lelah punya nama seperti itu, terutama karena dia memiliki fisik dan mental yang sama sekali tidak seperti patriot, apalagi yang siap membela negara. Seumur hidupnya, Patriot diolok-olok hingga akhirnya dia memutuskan memberontak. Dia jadi gandrung Jepang, belajar bahasa Jepang, dan punya cita-cita pergi ke Jepang untuk bertemu Yamato Nadeshiko-tipe wanita ideal versi Jepang. Di usianya yang kedua puluh, Patriot akhirnya memilih lebih dekat dengan cita-citanya itu. Dia menginjakkan kaki di Jepang untuk ikut program pe...