Di balik
meja kayu dan lemari penuh buku klasik, siapa sangka sebuah klub sastra
menyimpan aroma kematian? Tidak ada yang benar-benar bersih di sekolah
elit seperti itu, terutama ketika satu per satu gadis mulai bicara — bukan
untuk mencari kebenaran, tapi untuk memastikan versi mereka tetap hidup. Girls
in the Dark adalah cerita tentang gadis-gadis yang terlalu pandai
menyembunyikan luka, terlalu terlatih berdusta, dan terlalu terbiasa hidup di
dalam bayangan.
Judul: Girls in the Dark (Ankoku Joshi)
Penulis: Akayoshi Rikako
Penerbit: Haru
Tebal: 284 halaman
Harga : Rp. 94.000
Seminggu
sesudahnya, Klub Sastra mengadakan pertemuan. Mereka ingin mengenang mantan
ketua mereka dengan sebuah cerita pendek. Namun ternyata, cerita pendek yang
mereka buat adalah analisis masing-masing tentang siapa pembunuh yang
sebenarnya. Keenam gadis itu bergantian membaca analisis mereka, tapi....
Kau...
pernah berpikir ingin membunuh seseorang?
Yang
membuat novel ini istimewa adalah struktur naratifnya. Alih-alih satu sudut
pandang, kita diajak mendengar kisah dari berbagai perspektif. Tidak ada yang
benar-benar bisa dipercaya. Bahkan kamu, sebagai pembaca, akan mulai meragukan
dirimu sendiri. Apakah kamu sedang membaca pengakuan? Atau pembelaan? Atau
hanya manipulasi lain dari gadis yang terlalu pandai menulis kata-kata indah?
Setiap
karakter memiliki bayangannya sendiri. Tidak ada yang sepenuhnya jahat, tapi
juga tidak ada yang sepenuhnya polos. Inilah kekuatan utama Girls in the
Dark: mengajakmu menyelami betapa gelapnya manusia saat mereka merasa tidak
dilihat. Dalam ruang yang penuh sastra, justru lahir dosa dan pengkhianatan
yang tidak terucap.
Buku ini
cocok untuk kamu yang menyukai ketegangan psikologis yang elegan. Bukan yang
berisik, tapi yang menusuk perlahan. Jika kamu menyukai Confessions
karya Kanae Minato, atau The Secret History dari Donna Tartt, maka Girls
in the Dark akan menjadi teman gelap yang menyenangkan.
Girls
in the Dark bukan
hanya tentang siapa yang membunuh siapa. Tapi tentang bagaimana sebuah
kebenaran bisa dikemas dalam kisah, dan bagaimana kata-kata yang indah bisa
menyembunyikan luka yang menganga. Karena kadang, kegelapan paling pekat bukan
datang dari malam… tapi dari hati manusia yang tak pernah belajar mencintai
tanpa syarat.
Komentar
Posting Komentar