Langsung ke konten utama

Girls in the Dark – Kisah Klub Sastra dan Rahasia Dibaliknya

Di balik meja kayu dan lemari penuh buku klasik, siapa sangka sebuah klub sastra menyimpan aroma kematian? Tidak ada yang benar-benar bersih di sekolah elit seperti itu, terutama ketika satu per satu gadis mulai bicara — bukan untuk mencari kebenaran, tapi untuk memastikan versi mereka tetap hidup. Girls in the Dark adalah cerita tentang gadis-gadis yang terlalu pandai menyembunyikan luka, terlalu terlatih berdusta, dan terlalu terbiasa hidup di dalam bayangan.

Judul: Girls in the Dark (Ankoku Joshi)
Penulis: Akayoshi Rikako
Penerbit: Haru
Tahun: 2013
Tebal: 284 halaman
Harga : Rp. 94.000

Sinopsis:
Apa yang ingin disampaikan oleh gadis itu?

Gadis itu mati.
Ketua Klub Sastra, Shiraishi Itsumi, mati.
Di tangannya ada setangkai bunga lily.

Pembunuhan? Bunuh diri?
Tidak ada yang tahu.
Satu dari enam gadis anggota Klub Sastra digosipkan sebagai pembunuh cantik berkarisma itu.

Seminggu sesudahnya, Klub Sastra mengadakan pertemuan. Mereka ingin mengenang mantan ketua mereka dengan sebuah cerita pendek. Namun ternyata, cerita pendek yang mereka buat adalah analisis masing-masing tentang siapa pembunuh yang sebenarnya. Keenam gadis itu bergantian membaca analisis mereka, tapi....

Kau... pernah berpikir ingin membunuh seseorang?

Ulasan:
Buku yang menarik. Buku ini penuh dengan plot twist yang sulit dicerna oleh alur piker kita. Akayoshi Rikako menyusun novel ini seperti permainan catur yang tenang tapi beracun. Setiap bab seperti giliran seorang pion, melangkah maju perlahan, tapi membawa konsekuensi. Suasana yang dibangun sangat atmosferik: sekolah bergengsi, lampu redup di ruang klub, dan suara-suara lirih yang perlahan menguak kebusukan di balik citra anggun para siswa elit.

Yang membuat novel ini istimewa adalah struktur naratifnya. Alih-alih satu sudut pandang, kita diajak mendengar kisah dari berbagai perspektif. Tidak ada yang benar-benar bisa dipercaya. Bahkan kamu, sebagai pembaca, akan mulai meragukan dirimu sendiri. Apakah kamu sedang membaca pengakuan? Atau pembelaan? Atau hanya manipulasi lain dari gadis yang terlalu pandai menulis kata-kata indah?

Setiap karakter memiliki bayangannya sendiri. Tidak ada yang sepenuhnya jahat, tapi juga tidak ada yang sepenuhnya polos. Inilah kekuatan utama Girls in the Dark: mengajakmu menyelami betapa gelapnya manusia saat mereka merasa tidak dilihat. Dalam ruang yang penuh sastra, justru lahir dosa dan pengkhianatan yang tidak terucap.

Buku ini cocok untuk kamu yang menyukai ketegangan psikologis yang elegan. Bukan yang berisik, tapi yang menusuk perlahan. Jika kamu menyukai Confessions karya Kanae Minato, atau The Secret History dari Donna Tartt, maka Girls in the Dark akan menjadi teman gelap yang menyenangkan.

Girls in the Dark bukan hanya tentang siapa yang membunuh siapa. Tapi tentang bagaimana sebuah kebenaran bisa dikemas dalam kisah, dan bagaimana kata-kata yang indah bisa menyembunyikan luka yang menganga. Karena kadang, kegelapan paling pekat bukan datang dari malam… tapi dari hati manusia yang tak pernah belajar mencintai tanpa syarat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang - Kembali yang Tak Benar-Benar Kembali

PULANG Leila S. Chudori 472 halaman Harga: Rp. 102.000 Genre : Novels, historical, Romance, Indonesian Literature Ada pulang yang tak benar-benar kembali. Ada tanah air yang mencintaimu hanya jika kau diam.  Pulang  adalah perjalanan identitas dan pengasingan, ditulis dengan bahasa lirih namun tajam. Sinopsis: Paris, Mei 1968: Ketika revolusi mahasiswa berkecamuk di Paris, Dimas Suryo,  seorang eksil politik Indonesia bertemu Vivienne Deveraux, seorang mahasiswa Prancis yang ikut demonstrasi melawan pemerintah Prancis. Pada saat yang sama, Dimas menerima kabar dari Jakarta: Hananto Prawiro, sahabatnya, ditangkap tentara dan dinyatakan tewas.  Dimas merasa cemas dan gamang. Bersama puluhan wartawan dan seniman lain, dia tak bisa kembali ke Jakarta karena paspornya dicabut oleh pemerintah Indonesia. Sejak itu mereka mengelana tanpa status yang jelas dari Santiago ke Havana, ke Peking dan akhirnya mendarat di tanah Eropa untuk mendapatkan suaka dan menetap di s...

Summer In Seoul - Kisah cinta di Korea

Kamu pernah membayangkan jatuh cinta pada musim panas di Seoul? Summer in Seoul oleh Ilana Tan menghidupkan imaji itu lewat kisah penuh nuansa, drama Korea-style, dan perasaan yang tumbuh perlahan di antara hiruk pikuk ibu kota Korea. Gaya penulisannya ringan, hangat, dan penuh detail sensasi musim panas—seolah kamu mendengar tawa di balik deru kereta bawah tanah dan angin lembut dari Sungai Han. Judul : Summer in Seoul Penulis : Ilana Tan Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit : Oktober 2006 Tebal Halaman : 280 halaman Harga : Rp64.900–Rp89.000 Sinopsis: Jung Tae-Woo—penyanyi muda terkenal Seoul yang muncul kembali setelah empat tahun menghindari dunia  showbiz  . “Aku hanya ingin memintamu berfoto denganku sebagai pacarku,” kata Jung Tae-Woo pada gadis di hadapannya. Sandy alias Han Soon-Hee—gadis blasteran Indonesia-Korea yang sudah mengenali Jung Tae-Woo sejak awal, namun sedikit pun tidak terkesan. Sandy mengangkat wajahnya dan menatap laki-laki itu, lalu berkata...

Momiji — Saat Musim Gugur Menumbuhkan Keberanian

Apakah kau pernah mendengar seorang Patriot Bela Negara pergi ke Jepang dan berharap untuk bertemu seseorang yang diinginkannya? Dalam novel ini kamu akan menemui cerita tersebut. Sebuah cerita dengan keberanian dan kebebasan seperti daun maple Jepang yang gugur, menandai awal perjalanan jiwa yang berani berdiri sendiri. Judul: Momiji Penulis: Orizuka Penerbit: Inari Tahun Terbit: Mei 2017 Tebal: 210 halaman Harga: Rp59.000 Sinopsis: Patriot Bela Negara lelah punya nama seperti itu, terutama karena dia memiliki fisik dan mental yang sama sekali tidak seperti patriot, apalagi yang siap membela negara. Seumur hidupnya, Patriot diolok-olok hingga akhirnya dia memutuskan memberontak. Dia jadi gandrung Jepang, belajar bahasa Jepang, dan punya cita-cita pergi ke Jepang untuk bertemu Yamato Nadeshiko-tipe wanita ideal versi Jepang. Di usianya yang kedua puluh, Patriot akhirnya memilih lebih dekat dengan cita-citanya itu. Dia menginjakkan kaki di Jepang untuk ikut program pe...